Apa Itu Anarko Pasifis?

THREAD : Apa Itu Anarko Pasifis?
SUBJEK : Anarko Pasifis
TUJUAN : Untuk Mengetahui Apa Itu Anarko-Pasifis
Tulisan diambil dari : Anarkis.org

pasifis telah ada cukup lama dalam anarkisme, dengan Leo Tolstoy sebagai figur utamanya. Aliran ini biasa disebut “anarko pasifisme” (term “anarkis anti kekerasan” kadang-kadang digunakan, namun disayangkan karena term ini menunjukkan bahwa gerakan-gerakan lainnya bersifat “kejam”, dan itu tidak benar!). Serikat anarkisme dan pasifisme dipengaruhi oleh gagasan dan argumentasi fundamental mengenai anarkisme. Bagaimanaun juga kekerasan, atau ancaman kekerasan, atau yang merugikan, merupakan sarana kunci yang merusak kebebasan individu. Seperti yang ditunjukkan oleh Peter Marshall, “karena kaum anarkis menghargai kebebasan individu, dalam waktu yang lama, nilai-nilai anarkis menunjukkan sifat anti kekerasan dan bukan kekerasan.” (Demanding The Impossible, hal 637) Malatesta bahkan lebih eksplisit lagi dalam tulisannya, bahwa “bagian utama dari anarkisme adalah pemindahan kekerasan dari hubungan manusia” dan bahwa anarkis “melawan kekerasan”. (Life and Ideas, hal 53)

Namun, meski banyak kaum anarkis yang menolak kekerasan dan menyatakan pasifisme, pada umumnya, gerakan secara esensial tidak bersifat pasifistis (dalam artian melawan semua bentuk kekerasan setiap saat). Anarkisme anti militer, malah melawan kekerasan negara yang terorganisir, namun demikian mengakui bahwa ada perbedaan penting antara kekerasan penindas dengan kekerasan tertindas. Hal ini menjelaskan mengapa gerakan anarkis selalu meluangkan banyak waktu dan energi untuk melawan mesin militer dan perang kapitalis, sementara diwaktu yang sama mendukung dan mengorganisir perlawanan bersenjata melawan penindasan (seperti dalam kasus pasukan Makhnovist selama revolusi Rusia yang melawan baik pasukan putih maupun merah serta milisi-milisi anarkis yang diorganisir untuk melawan kaum fasis selama revolusi Spanyol– lihat bagian A.5.4 dan A.5.6 dengan berturut-turut).
Dalam hal anti kekerasan, seperti yang sudah-sudah, gerakan dibagi antara garis individualis dan sosial. Sebagian besar kaum anarkis individualis mendukung taktik tanpa kekerasan terhadap perubahan sosial seperti halnya kaum mutualis. Namun, anarkisme individualis tidak bersifat pasifis seperti itu, karena banyak juga yang mendukung gagasan kekerasan dalam mempertahankan diri melawan serangan. Sebagian besar kaum anarkis sosial, di sisi lain, benar-benar mendukung penggunaan kekerasan revolusioner, mereka benar-benar memegang teguh pendapat bahwa paksaan fisik akan diperlukan untuk merobohkan kekuasaan yang telah berurat akar dan untuk melawa serangan negara serta kapitalis (meski Bart de Ligt yang menulis karya klasik pasifis, The Conquest of Violence, adalah seorang anarko sindikalis). Seperti yang dikatakan Malatesta, kekerasan, meski “jahat” dapat dibenarkan hanya jika diperlukan untuk mempertahankan diri seseorang dan lainnya dari kekerasan” dan bahwa “seorang budak selalu dalam keadaan bertahan dan akibatnya kekerasan yang dilakukannya untuk melawan majikan, penindas, secara moral selalu dapat dibenarkan.” (op.cit., hal 55, 53-54) Terlebih lagi, mereka menekankan bahwa, menggunakan kata-kata Bakunin, karena penindasan sosial “lebih berasal dari pengaturan dan keadaan sosial bukannya individu”, kaum anarkis bertujuan untuk “menghancurkan keadaan dan segala sesuatunya dengan kejam” dan bukan orang-orangnya, karena tujuan revolusi anarkis adalah untuk berakhirnya kelas-kelas yang memiliki hak-hak istimewa “bukan sebagai individu melainkan sebagai kelas.” (dikutip oleh Ricard B. Saltman, The Social and Plitical Thought of Michael Bakunin, hal 121, 124, 122)
Tentu saja, masalah kekerasan secara relatif tidak penting bagi sebagian besar kaum anarkis, karena mereka tidak mengagungkannya dan berpikir untuk meminimalkannya selama revolusi atau perjuangan sosial apapun. Semua anarkis sepakat dengan anarko sindikalis pasifis Belanda, Bart de Ligt, ketika ia menyatakan bahwa “kekerasan dan peperangan yang merupakan karakteristik dunia kapitalis tidak sejalan dengan kebebasan individu, yang merupakan misi bersejarah kelas-kelas yang tereksploitasi. Semakin besar kekerasan, semakin lemah revolusi, bahkan di manapun kekerasan secara sengaja dijadikan sarana revolusi.” (The Conquest of Violence, hal 75).
Begitu juga semua anarkis sepakat dengan de Ligt, menggunakan judul salah satu bab dalam bukunya, “The Absurdity of Bouergeois Pasifism.” Bagi de Ligt, dari semua anarkis, kekerasan inhern dalam sistem kapitalis dan usaha apapun untuk membuat kapitalisme bersifat pasif akan mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan, di pihak lain, perang seringkali hanyalah sebuah kompetisi ekonomi yang dilakukan dengan cara lain. Bangsa-bangsa seringkali berperang ketika menghadapi krisis ekonomi, apa yang tak dapat mereka peroleh dalam perjuangan ekonomi akan berusaha didpatkan melalui konflik. Di sisi lain, “kekerasan sangat diperlukan dalam masyarakat modern… (karena) tanpa itu kelas berkuasa akan benar-benar kesulitan mempertahankan posisi istimewanya yang terkait dengan massa yang dieksploitasi di tiap-tiap negara. Angkatan bersenjata digunakan pertama dan terutama untuk mengendalikan para pekerja… ketika mereka tidak puas.” (Bart de Ligt, op.cit., hal 62) Selama negara dan kapitalisme ada, kekerasan tak dapat dielakkan dan sehingga, bagi kaum anarko pasifis, pasifis yang konsisten pastilah seorang anarkis, sama halnya seorang anrkis yang konsisiten pastilah seorang pasifis.
Bagi kaum anarkis yang bukan pasifis, kekerasan merupakan sesuatu yang sangat disayangkan namun tak dapat dihindari sebagai hasil dari penindasan dan eksploitasi, sekaligus sebagai satu-satunya sarana yang digunakan agar kelas-kelas istimewa yang memiliki hak-hak istimewa meninggalkan kekuasaan dan kekayaan mereka. Mereka yang berkuasa jarang menyerahkan kekuasaannya, sehingga harus dipaksa. Karena itu, kebutuhan akan kekerasan “transisional untuk mengakhiri kekerasan yang jauh lebih besar, dan permanan, yang menyebabkan mayoritas umat manusia berada dalam perbudakan.” (Malatesta, op.cit., hal 55) Berkonsentrasi pada isu kekerasan melawan anti kekerasan merupakan pengabaian isu sesungguhnya, yaitu bagaimana kita mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Seperti pendapat Alexander Berkman, kaum aanarkis yang pasifis ini mengacaukan isu, seperti halnya mereka yang berpikir bahwa ”menyingsingkan baju untuk kerja sama dengan bekerjaa itu sendiri.” Sebaliknya, “bagian perjuangan dalam revolusi hanyalah menyingsingkan bajumu semata-mata. Tugas aktual yang nyata ada di depan.” (ABC of Anarchism, hal 40) Malah, sebagian besar revolusi dan perjuangan sosial secara relatif berawal dengan damai (melalui pemogokan, pendudukan, dan lain-lain) dan hanya diubah ke dalam kekerasan ketika mereka yang berkuasa mencoba mempertahankan posisi mereka (contoh klasik mengenai hal ini adalah peristiwa di Italia, tahun 1920, ketika terjadi pendudukan pabrik-pabrik oleh para pekerjanya yang kemudian diikuti dengan teror fasis–lihat bagian A.5.5)
Seperti yang dituliskan diatas, semua anarkis anti militer dan melawan mesin militer (dan juga industri “pertahanan”) seperti halnya perang negara / kapitalis (meski ada beberapa anarkis seperti Rudolf Rocker dan Sam Dolgoff, yang mendukung pihak kapitalis anti fasis selama perang dunia kedua sebagai iblis yang tak terlalu jahat). Pesan anti mesin perang dari para anarkis dan anarko sindikalis disebar luaskan jauh sebelum perang dunia pertama dimulai, dengan kaum sindikalis dan anarkis di Britania dan Amerika Utara yang mencetak kembali leaflet CGT Perancis yang mendorong serdadu agar tidak mematuhi perintah dan tidak menekan para pekerja yang mogok. Emma Goldman dan Alexander Berkman ditangkap dan dideportasi dari Amerika karena mengorganisir “No-Conscription League”di tahun 1917, sementara itu banyak kaum anarkis Eropa yang dipenjara karena menolak bergabung dengan angkatan bersenjata di perang dunia pertama dan kedua.Kaum anarko sindikalis yang terpengaruh IWW dihancurkan oleh gelombang represi pemerintah yang kejam berkaitan dengan ancaman organisasi dan pesan anti perang yang ditunjukkan pada elit-elit berkuasa yang mendukung perang. Yang lebih baru lagi, kaum anarkis, (termasuk orang-orang seperti Noam Comsky dan Paul Goodman) aktif dalam gerakan perdamaian seperti memberikan kontribusi pada perlawanan terhadap wajib militer. Kaum anarkis ikut berperan aktif dalam melawan perang, seperti perang Vietnam, perang Falklands, seperti juga perang Teluk (termasuk, di Italia, membantu mengorganisir pemogokan sebagai protes melawannya). Dan selama konflik terakhir ini, ketika banyak kaum anarkis meneriakkan slogan “tak ada perang selain perang kelas” yang dengan manisnya menyimpulkan perlawann kaum anarkis pada perang–yaitu konsekuensi kejam dari sistem kelas, yang di dlamnya kelas-kelas tertindas diberbagai negara saling membunuh demi kekuasaan dan keuntungan penguasa mereka. Daripada ikut ambil bagian dalam pembunuhan massal yang terorganisir ini, kaum anarkis mendorong kaum pekerja untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri dari pada kepentingan majikannya:
“Daripada sekedar menghindari kompromi; memperdalam perbedaan antara kaum kapitalis dan budak upaahn, antara penguasa dan yang dikuasai; mengajarkan pengambilalihan kepemilikan pribadi dan destruksi negara sebagai satu-satunya cara menjamin persaudaraan di antara manusia, serta keadilan dan kebebasan bagi semuanya; dan kita harus siap menuntaskan semua ini.” (Malatesta, op.cit., hal. 251)
[harus dicatat di sini bahwa pernyataan Malatesta ditulis untuk melawan Peter Krooptkin yang, untuk alasan yang hanya ia ketahui sendiri, menolak semua yang argumen Malatesta selama beberapa dekade dan mendukung aliansi dalam perang dunia pertama sebagai iblis yang tak terlalu jahat melawan otoritarianisme Jerman dan imerialisme. Tentu saja, seprti yang ditunjukkan Malatesta, “semua pemerintah dan kelas kapitalis” memiliki “perlakuan buruk… terhadap pekerja dan pemberontak di negara mereka.” (op.cit., hal 46)]
Jadi, ketertarikan pasifisme bagi kaum anarkis merupakan hal yang jelas. Kekerasan bersifat otoriter dan koersif, sehingga penggunaannya kontradiksi dengan prinsip-prinsip kaum anarkis. Inilah sebabnya mengapap kaum anarkis sepakat dengan Malatesta ketika ia berpendapat bahwa “kita berprisip melawan kekerasan untuk alasan ini berharap agar perjuangan sosial dilakukan semanusiawi mungkin.” (op.cit., hal 57) Sebagian besar, jika tidak semua, kaum anarkis yang bukan pasifis sepakat dengan pasifis anarkis ketika mereka menyatakan bahwa kekerasan seringkali dapat bersifat tidak produktif, mengasingkan orang dan memberi alasan bagi negara untk menekan gerakan anarkis dan gerakan rakyat untk perubahan sosial. Semua kaum anarkis mendukung aksi langsung tanpa kekerasan dan pembangkangan sipil, yang seringkali memberikan jalan yang lebih baik menuju jalan radikal.
Jadi, sebagai kesimpulan, tidak terlalu banyak kaum anarkis yang benar-benar pasifis. Sebagian besar menerima penggunaan kekerasan sebagai kejahatan yang diperlukan dan pembelaan tetapi diusahakan meminimalkan penggunaannya. Semua sepakat bahwa revolusi merupakan kekerasan yang terlembagakan dan hanya akan memunculkan negara kemmbali dalam suattu bentuk baru. Namun, mereka berpendapat bahwa menghancurkan kekuasaan atau menggunakan kekerasan untuk melawan kekerasan bukanlah tindakan otoriter. Karena itu, meski sebagian besar kaum anarkis bukan pasifis, sebagian besar menolak kekerasan kecuali dalam hal mempertahankan diri dan bahkan berusaha meminimalkan.

-RohanOV

Sekelumit Kisah Renzo Novatore

Renzo Novatore adalah nama pena dari Abele Rizieri Ferrari, seorang penyair individualis anarkis, ilegalis, dan antifasis Italia. Lelaki yang lahir pada 12 Mei 1890 ini adalah juga seorang filsuf sekaligus militan, yang sekarang terkenal karena publikasi bukunya Toward Creative Nothing serta hubungannya dengan futurisme sayap kiri. Max Stirner, Nietzsche, George Palante, Wilde, Henrik Ibsen, Schopenhauer, dan Charles Baudelaire merupakan orang-orang yang turut memperkaya pemikiran lelaki yang meninggal pada tahun 1922 ini.
Pada masa kecilnya, Renzo Novatore tak mampu menyesuaikan diri dengan disiplin sekolah dan keluar pada tahun pertamanya. Ketika dia bekerja di peternakan ayahnya, dia belajar sendiri dengan penekanan pada puisi dan filsafat. Di sekitar tempat tinggalnya, peyair yang lahir di Arcola, Liguria, Italia ini, dikelilingi oleh scene para anarkis yang sedang bersemangat, di mana kemudian dia membangun relasi yang dekat dengan mereka.
Kemudian, dia menemukan Errico Malatesta, Peter Kropotkin, Hendrik Ibsen, dan juga Nietzsche yang sering dia kutip, terutama Max Stirner. Pada tahun 1908 dia merengkuh individualis anarkis. Di tahun 1910, dia menjadi tersangka atas pembakaran gereja lokal dan menghabiskan tiga bulan di penjara, tapi partisipasinya dalam pembakaran tersebut tak pernah terbuktikan. Setahun kemudian, dia melarikan diri untuk beberapa bulan karena polisi mencarinya atas tuduhan pencurian dan perampokan. 30 September 1911, polisi menangkapnya karena melakukan vandalisme. Penyair yang juga seorang filsuf sekaligus militan ini, membenarkan penolakan atas kerja. Dia berpikir, dalam filosofi personal kehidupannya, bahwa dia punya hak merampas apa-apa saja dari orang-orang kaya untuk kebutuhan hariannya, dan menggunakan cara-cara kekerasan bukanlah sebuah masalah baginya.
Di tahun 1914, dia mulai menulis untuk koran anarkis. Dia telah membuat draf pada tahun 1912 tapi tidak selesai untuk alasan yang tidak diketahui. Tahun-tahun itu juga adalah momen di mana Perang Besar (Great War) semakin mendekati. Dia desersi dari kesatuannya pada 26 April 1918 dan dihukum mati oleh pengadilan militer atas desersi serta pengkhianatannya pada tanggal 31 Oktober. Dia melarikan diri dan meninggalkan desanya, sambil melakukan propaganda untuk desersi dari tentara dan melakukan pemberontakan bersenjata melawan negara.
Novatore terlibat dalam kolektif anarko-futuris di La Spezia di mana dia terlibat aktif bersama Auro d’Arcola dalam kelompok antifasis militan, Arditi del Popolo. Di sana dia sangat dekat dengan Enzo Martucci dan Bruno Flippi. Ayah dari dua anak ini menulis banyak artikel di koran-koran anarkis (Cronaca Libertaria, Il Libertario, Iconoclasta!, Gli Scamiciati, Nichilismo, Pagine Libere) di mana dia berdebat dengan para anarkis lainnya (di antaranya adalah Carnillo Berneri). Dia juga mempublikasikan sebuah majalah, Vertice, yang sayangnya menghilang setelah menerbitkan beberapa artikel saja.
Pada bulan Mei 1919, kota La Spezia berada di bawah kontrol dari kelompok yang mengklaim dirinya Komite Revolusioner dan dia berjuang bersamanya. Bulan Juni 1919, partner Bruno Filippi dalam jurnal anarkis individualis, Iconoclasta!, bersembunyi di dalam sebuah gubuk di negeri-negeri dekat kota Sarzana. Seorang petani mengatakan kepada polisi tentang keberadaannya dan Novatore dihukum penjara 10 tahun, tapi dilepaskan dalam sebuah amnesti besar-besaran beberapa bulan kemudian. Awal tahun 1920 Italia dikuasai oleh fasisme. Dia memutuskan untuk menjalankan kegiatannya di bawah tanah dan pada tahun 1922 dia bergabung dengan sebuah geng perampok terkenal yang menjadi inspirasi bagi banyak anarkis, Sante Pollastro.
Novatore terbunuh dalam sebuah penyergapan oleh carabinieri di Teglia, dekat Genoa, pada tanggal 29 November 1922 ketika dia sedang bersama Pollastro. Pollastro sendiri berhasil melarikan diri. Pada jasad Novatore detektif menemukan beberapa dokumen palsu, sebuah senapan dengan dua magasin terisi penuh, sebuah granat tangan dan sebuah cincin dengan tempat untuk mengisikan sesuatu yang berisi sianida berdosis mematikan

Amorfati : Cinta dan Anarki

Aku bersamamu di sini, di negara ini, negara yang akan selalu siap mencekik tanpa membiarkan kita untuk benar-benar terjaga.
Aku bersamamu di sini, di bumi ini, bumi dengan segala kegaduhan yang semakin panas dan tiada henti diperkosa.
Aku bersamamu di sini, berbagi tragedi dan resah yang kebingungan menemukan muaranya.
Aku bersamamu, berusaha tetap menjaga kesadaran dan ingatan akan orang-orang yang mati, orang-orang yang dilupakan atau orang-orang yang tak dianggap ada.
Bukan untuk terjebak dalam distopia masa lalu, namun kita ada untuk membuktikan bahwa perlawanan tidak selesai hanya dengan paranoia yang dicipta penguasa.
Kita tak lagi percaya dongeng, di mana seorang eskapis bercerita tentang perubahan yang jatuh dari langit ketujuh menjelma kerangkeng agama.
Kita tak lagi percaya rayuan, ludahi mereka yang berkata pemilihan umum dapat menyelesaikan problematika.
Kita bersama, aku dan kamu, tanpa vanguard dan siap menginjak kompromi sebagai konsekuensi akhir dari omong kosong istana.
Kita bersama, akan tumbuh tua atau mati diujung moncong senjata.
Namun, kita bersama, untuk membuktikan bahwa kehidupan harus kembali direbut bukan hanya dengan menikmati ilusi seraya menyerap karbon dioksida.
Rasa takut mungkin masih berdiam dikepala, namun kita bersama, setidaknya kita masih mampu menembus malam walau dibantu narkotik dari Romania.
Dunia punya luka yang sama, seorang anak mengatakannya dengan tangis di Papua.
Kapitalisme selalu menampar muka, sesekali dengan halus agar kita dirantai tak berdaya.
Bergelut di tengah masyarakat konsumer tak pernah semudah mengutuk rutinitas urban yang dipecundangi tarikan asap ganja.
Namun yang penting, ialah kita masih bersama.
Mereka di sana, bersiap membungkam kata dan mematahkan genggaman dengan kecewa yang dipaksa laiknya Sisifus yang dihukum hingga ditelan masa.
Mereka di sana, membentuk barikade dengan tembakan gas air mata dan tersenyum melalui layar kaca.
Mereka ingin kita mati sia-sia, namun kita bersama, melawan mereka yang menyebut kebebasan adalah dosa.
Mungkin suatu saat kita akan berpisah, namun setidaknya, kita pernah bersama.
Berusaha tak mengindahkan hukum yang lebih terlihat seperti lelucon ciri khas Negara dunia ketiga.
Jika suatu hari nanti kita berpisah, biarlah, setidaknya kita pernah bersama untuk mempecundangi hedonisme dan anomie dari selamanya.

Biarkan kita tetap berdiri, dibarisan yang sama meski tak lagi bergandeng tangan dalam abstraksi cinta.
Biarkan kita saling melukiskan kebebasan dan perubahan dengan darah dan mengeja nostalgia

Mengenal Marius/Alexandre Jacob

 

Nama aslinya adalah Alexandre Jacob, namun ia lebih dikenal dengan nama Marius Jacob, Seorang ilegalis anarkis dari Perancis. Terkenal sebagai pencuri pintar yang dilengkapi dengan rasa humor yang tajam serta memiliki kedermawanan besar terhadap korban-korbannya. Jalan hidupnya menginspirasikan Maurice Leblanc di karakter Arsene Lupin.
Dilahirkan pada tahun 1879 di Marseille dari sebuah keluarga kelas pekerja. Pada usia dua belas, dia mendaftar untuk magang sebagai pelaut. Pekerjaan yang akhirnya membawa Jacob mencapai Sydney dimana ia memutuskan desersi sebagai kru kapal. Dalam pelayaran ini ia kemudian mengatakan, “aku melihat dunia, itu tidak indah”.
Setelah episode pendek pembajakan, yang membuat ia ditolak karena terlalu kejam. Jacob kembali ke Marseilles pada tahun 1897 dan menyerah pada kehidupan laut secara total. Salah satu sebabnya adalah penyakit demam yang diderita hingga sisa hidupnya. Ia kemudian bekerja sebagai tipografer magang yang membuat ia menghadiri pertemuan-pertemuan para anarkis. Di salah satu pertemuan, Jacob akhirnya bertemu dengan calon istrinya Rose.
Kaum sosialis dari abad ke-19 yang berada di parlemen menentang, seringkali dengan kekerasan, kehadiran para anarkis di antara para pekerja. Perbedaan yang kentara adalah cita-cita kaum Sosialis yang berupaya untuk meraih kekuasaan secara legal melalui proses pemilihan. Para anarkis, bagaimanapun, merasa bahwa keadilan sosial itu bukan sesuatu yang dapat dicapai melalui struktur kekuasaan yang ada. Sebaliknya, hal itu harus direbut oleh kelas pekerja.
Di Eropa pada masa Epoque Belle, setelah represi besar-besaran dan berkelanjutan terhadap Komune Paris, pemberontakan yang terjadi menunjukkan kecenderungan ke arah penggunaan kekerasan oleh individu. Seringkali serangan itu diarahkan kepada para raja, politisi, tentara, polisi, tiran, dan hakim. Akibatnya sejumlah militan anarkis dipenjara dan menghadapi vonis guillotine. Ravachol misalnya, dianggap oleh banyak orang sebagai teroris dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Jacob pernah tertangkap dengan bahan peledak setelah serangkaian aksi pencurian kecil yang dilakukannya. Ia kemudian dijatuhi hukuman enam bulan penjara. Setelah itu ia mengalami kesulitan mengintegrasikan kembali dirinya sendiri. Sejak saat itu, ia memilih sebuah sikap yang disebutnya “ilegalisme pasifis”.
Di Toulon pada 3 Juli 1899, Jacob pura-pura menderita halusinasi untuk menghindari lima tahun reklusi. Hukuman yang mesti dijalani akibat aktivitas yang dilakukannya. Ia dianggap memiliki potensi untuk menimbulkan kerusuhan dan peningkatan eskalasi kekerasan atas nama kebebasan individual. Hingga kemudian pada tanggal 19 April 1900, ia melarikan diri dari rumah sakit jiwa di Aix-en-Provence dengan bantuan seorang perawat laki-laki dan berlindung di Sète.
Di tempat baru ini Jacob tidak berhenti. Ia kemudian mengorganisir sekelompok orang, dan menyebut diri mereka “para pekerja malam”. Kelompok yang kemudian bertanggung jawab atas puluhan aksi kriminal. Kelompok ini mengusung prinsip yang sederhana. Mereka tidak membunuh, kecuali untuk melindungi hidupnya dan kebebasannya dari polisi. Mereka hanya mencuri dari mereka yang dianggap sebagai parasit sosial seperti para bos, hakim, prajurit, dan ulama. Tapi mereka tidak mencuri dari orang-orang yang memiliki profesi yang berguna bagi banyak orang seperti arsitek, dokter dan seniman. Persentase dari uang yang dicuri akan diinvestasikan ke dalam proyek-proyek anarkis. Jacob memilih untuk menghindari bekerja dengan kaum anarkis idealis dan menemukan dirinya dikelilingi oleh para penjahat dan ilegalis.
Untuk melihat apakah orang-orang yang berusaha mereka rampok berada di tempat mereka, geng Jacob akan menjepit potongan kertas ke pintu mereka dan kembali keesokan harinya untuk memeriksa apakah kertas itu masih ada di tempatnya atau tidak. Aktivitas ini mengantarkan Jacob untuk dikenal sebagai seorang ahli kunci, pembuka pintu dan brankas. Metode kriminal cerdas lain yang mereka gunakan adalah dengan memasuki sebuah apartemen dari lantai atas. Jacob akan menyelipkan payung melalui lubang kecil di langit-langit apartemen target. Begitu dimasukkan, payung bisa dibuka untuk menangkap puing-puing dan meredam kebisingan yang diciptakan ketika mereka berusaha menerobos langit-langit.
Antara 1900 dan 1903, kelompok ini beroperasi dengan dua sampai empat orang. Kelompok ini kemudian dituduh bertanggung jawab atas terjadinya lebih dari 150 kasus perampokan di Paris, provinsi sekitarnya dan bahkan luar negeri. Namun lama kelamaan Jacob mulai merasa bahwa ia mulai kehilangan alasan. Hingga pada suatu hari ketika mencoba untuk mengkonversi pekerja untuk anarkisme, Jacob memperoleh jawaban yang signifikan: “Bagaimana dengan masa pensiun saya?”
Pada tanggal 21 April 1903, operasi pencurian yang dilakukan di Abbeville berubah menjadi bumerang. Setelah membunuh seorang perwira polisi dalam rangka untuk melarikan diri, Jacob dan dua kaki tangannya ditangkap. Dua tahun kemudian di Amiens, Jacob muncul di hadapan pengadilan dan menghadapi tuntutan berat. Kaum anarkis dan orang-orang yang bersimpati dengannya datang berbondong-bondong ke kota dan menciptakan platform untuk ide-idenya. “Anda sekarang tahu siapa aku, yang memberontak, yang hidup pada produk yang dihancurkannya sendiri”.
Ketakutan bahwa hukuman mati Jacob akan memicu terjadinya kekerasan massal membuat ia tidak dipenggal dengan guillotine. Jacob divonis untuk hidup kerja paksa di Cayenne.
Di Cayenne, Jacob mulai membangun korespondensi dengan ibunya Marie, yang tidak pernah menyerah membela anaknya. Selama di penjara, ia mencoba melarikan diri tujuh belas kali tanpa pernah menemui keberhasilan.
Menyusul larangan penggunaan kerja paksa sebagai hukuman di seluruh negeri (kebijakan ini terinspirasi oleh tulisan-tulisan Albert Londres), Jacob akhirnya dibebaskan dan kembali ke Paris. Tempat di mana ia menderita depresi sampai 1927. Setelah itu Jacob pindah ke lembah Loire di mana ia menjadi penjual komersial dan menikah lagi. Saat itu, Jacob sudah berstatus duda karena istrinya Rose telah meninggal sewaktu ia masih mendekam dalam penjara.
Pada 1929 Jacob diperkenalkan kepada Louis Lecoin, direktur koran Libertaire. Kedua pria menemukan kemiripan satu sama lain dan membangun sebuah persahabatan yang langgeng. Setelah upaya menggalang dukungan internasional untuk tahanan anarkis Sacco dan Vanzetti, bersama Lecoin, Jacob juga ikut memberikan dukungan untuk mencegah ekstradisi Durruti ke Spanyol. Saat itu Durruti telah ditunggu oleh hukuman mati di Spanyol. Pada tahun 1936, Jacob pergi ke Barcelona dengan harapan membantu para sindikalis CNT. Sebelum akhirnya ia kecewa karena menemukan bahwa tidak ada harapan untuk kelanjutan perjuangan di Spanyol. Ia akhirnya kembali ke kehidupan pasar di Perancis.
Bagi banyak orang, jika saja ia tidak pernah bersentuhan dengan para anarkis, terlibat aksi kriminal dan resistensi, tetap saja Jacob adalah seorang yang humanis. Setelah kematian ibunya pada tahun 1941 dan istri keduanya pada tahun 1947, Jacob tidak pernah berubah. Ia dengan kawan dan kamerad di sekelilingnya, adalah lelaki yang tidak pernah meninggalkan gaya kehidupan kriminalnya atau opininya tentang ilegalisme atau aksi kekerasan individual.
.Anonim

Kill Your Idol! Bunuh Idolamu Sekarang! Bebaskan Dirimu!

KILL YOUR IDOL!
Bunuh idolamu! Bebaskan dirimu!

Dalam angan, kalian selalu mengenal idol. Sosok yang menjadi luapan kekaguman kalian. Idol adalah batu penjuru kemana kalian bermimpi. Kalian ingin seperti mereka. Kalian ingin bersama mereka. Kalian ingin, ingin, dan ingin menjadi seperti idola kalian. Baik tokoh politis, musisi, artis, aktor, figur publik, sampai para pemikir dan revolusioner. Kadang idola bisa berupa konsep. Konsep yang kalian anggap hebat: maskulin; agresif; bijaksana; lucu; pasifis; indie; revolusioner; dan lain-lain. Kalian menghabiskan waktu untuk mengagumi dan menduplikasi idola. Kalian diam, tapi pikiran kalian melayang-layang bersama idola kalian.

Lalu, kalian menyangkal diri

Kalian menolak diri sendiri. Menolak segala keunikan yang dimiliki. Kalian membayangkan diri sebagaimana kalian menggambarkan idol. Kalian mulai berpakaian seperti idola. Kalian menirukan mimik seperti idola. Kalian menghabiskan sumber daya untuk membentuk diri sebagaimana idola kalian. Kalian memasang ikon idola kalian di setiap jengkal tubuh. Kaos-kaos bergambar idola adalah identitas kalian. Kata-kata bijak idola adalah kata-kata yang keluar dari mulut kalian. Tulisan-tulisan idola kalian adalah apa yang kalian tulis di media sosial kalian.

Dan kalian mulai terjajah.

Terjajah oleh pikiran kalian. Terjajah oleh kebutuhan kalian agar punya identitas. Bukan identitas berdasar keunikan diri. Tapi identitas berdasarkan apa yang idola kalian miliki. Kalian menjadi kepalsuan di tengah dunia yang realistis. Tidak ada kemerdekaan, ketika kalian tidak menjadi diri sendiri. Kalian adalah manusia dengan label tersemat di dalam pikiran. Tidak berbeda dengan kaleng sarden di minimarket. Kalian menjadi sekumpulan barang di dalam peti kemas. Digolongkan dan dikotakkan sesuai label kalian. Kalian bergerak bukan atas kehendak. Namun bergerak sebagaimana perintah yang tersemat. Perintah agar kalian serupa dengan idola kalian. Kalian sudah mati. Karena kalian sudah tidak berpikir sebagaimana individu berpikir. Kalian menjadi mesin-mesin yang bergerak atas apa yang diperintahkan. Kalian menjadi komputer, dengan idola sebagai sistem operasi.

Jangan bicara merdeka! Jangan bicara pembebasan! Kalian bukanlah individu merdeka sampai kalian merdeka dari bayang-bayang idola. Pikiran kalian tidak akan bebas selama pikiran kalian terlalu kagum pada idola, dan menyangkala diri agar seperti idola. Kehendakmu adalah milikmu sendiri! Pikiranmu adalah milikmu sendiri! Tubuhmu adalah milikmu sendiri! Bukan milik konsep-konsep idolamu!

Bunuh idolamu! Bunuh dalam pikiranmu! Patahkan belenggu mereka di dalam hidupmu. Dan jadilah manusia merdeka!

BUNUH IDOLAMU! KAMU BERHAK MENJADI DIRIMU SENDIRI!

-camarhitam-

 [English Version]

KILL YOUR IDOL!
Kill your idol! Free yourself!

In your dreams, you always know idols. The figure that becomes your overflow of admiration. Idol is the cornerstone where you dream. You want to be like them. You want to be with them. You want, want and want to be like your idol. Both political figures, musicians, artists, actors, public figures, to thinkers and revolutionaries. Sometimes idols can be concepts. The concept that you think is great: masculine; aggressive; wise; funny; pacifist; indie; revolutionary; and others. You spend time admiring and duplicating idols. You are silent, but your mind hovers with your idols.

Then, you deny yourself

You reject yourself. Refuse all the uniqueness they have. You imagine yourself as you describe idols. You start dressing like an idol. You mimic a look like an idol. You spend resources to shape yourself like your idols. You put your idol icons on every inch of your body. T-shirts with idols are your identity. The idol’s wise words are words that come out of your mouth. Your idol writings are what you write on your social media.

And you start colonizing.

Crushed by your mind. Occupied by your needs to have an identity. Not identity based on uniqueness. But the identity is based on what your idols have. You become falsehood in a realistic world. There is no independence, when you don’t become yourself. You are humans with labels embedded in mind. Not unlike the sardine cans at the convenience store. You become a collection of items in the container. Classified and grouped according to your label. You move not by will. But it moves as an embedded command. The order that you are similar to your idol. You dead. Because you don’t think as individuals think. You become machines that move on what you are told. You become computers, with idols as operating systems.

Don’t talk free! Don’t talk about liberation! You are not an independent individual until you are free from the shadow of an idol. Your mind will not be free as long as your mind is too amazed at the idol, and deny yourself to be like an idol.

Yourwill is yours! Your mind is yours! Your body is yours! Not your idol’s concepts!

Kill your idol! Kill in your mind! Break their shackles in your life. And be free man!
KILL YOUR IDOL! YOU ARE ABLE TO BECOME YOURSELF!

-camerhitam-