WILDLINGS: MASYARAKAT ANARKIS ATAU KAWANAN BARBAR

WILDLINGS: MASYARAKAT ANARKIS ATAU KAWANAN BARBAR
Melihat kecenderungan anarkisme dalam serial Game Of Thrones

Setelah Bran diangkat sebagai King of Six Kingdoms dan serial Game Of Thrones berakhir, masih ada pertanyaan yang mengganjal beberapa orang: apakah Wildlings itu anarkis. Nah, pertanyaan ini memicu saya untuk mencoba cocoklogi mengenai pertanyaan tersebut. Apakah kurang kerjaan? Bisa ya bisa tidak.

Sebelumnya, mari kita kenal dahulu apa itu Wildilngs. Wildlings atau Free Folk adalah masyarakat yang tinggal di balik The Wall. Masyarakat ini disebut Wildlings karena karakter yang dipandang barbar oleh masyarakat di utara The Walls. Masyarakat Westeros sendiri bisa disebut kebalikan dari Wildlings. Bila saya bandingkan dengan masyarakat di dunia nyata, maka Wildlings bisa dibilang satir dari masyarakat Eskimo dan Viking yang dipadukan. Sedangkan, Westeros sangat identik dengan masyarakat Eropa abad pertengahan. Sebenarnya, ini mudah dilihat, karena kecenderungan sang penulis untuk mengambil masyarakat di dunia nyata sebagai inspirasi. Seperti Dothraki yang mirip masyarakat Mongolia dan Dorne yang mirip Timur Tengah.

Kehidupan sosial dari masyarakat Wildlings memang selalu digambarkan sebagai barbar. Mereka bertahan hidup dengan saling serang dan merebut. Mereka juga selalu menyerang The Wall dan penjaganya, Night Watch. Karena terpisah oleh The Wall, maka Wildlings terbebas dari segala bentuk negara, kebangsawanan, kerajaan, dan hukum dari Westeros. Mereka menentukan cara hidup sendiri dan terpecah dalam beberapa suku. Beberapa suku memiliki hierarkis yang ditentukan oleh masyarakat di dalamnya. Beberapa mengambil satu sosok sebagai koordinator mereka, dan bisa jadi perempuan. Cara hidup mereka juga dipengaruhi lokasi ereka tinggal. Sehingga ada banyak karakter masyarakat di dalam Wildlings, bahkan kanibal. Wildlings digambarkan sebagai masyarakat yang percaya bahwa Tuhan menciptakan bumi untuk dihidupi semua manusia yang saling berbagi. Menurut salah satu Wildlings Ygritte memandang, ketika raja datang dengan mahkota dan pedang, mereka mencuri bumi ini dan melakukan klaim atas semua itu untuk dirinya.

Masyarakat Wildlings sendiri selalu digambarkan sebagai masyarakat amoral. Dalam seri ini, Craster dianggap simbol masyarakat Wildlings yang tidak mengindahkan moralitas. Terutama perkara dia yang melakukan praktik incest. Karakter Wildlings yang selalu merampok desa di sekitar The Wall juga dipandang sebagai kegiatan biadab. Mereka disebut sebagai masyarakat primitif karena cara mereka hidup. Terutama masalah agresivitas mereka. Hal lain yang dipandang amoral adalah masalah pernikahan. Pria Wildlings akan menculik perempuan yang ingin dia nikahi dan perempuan itu berhak melawan sepanjang perjalanan. Ketika sudah menikah, pria yang gagal menyenangkan hati istrinya sah untuk dibunuh oleh sang istri. Perempuan Wildlings juga berhak memiliki senjata dan berhak untuk ikut berburu, merampas, dan segala kegiatan yang dipandang “bukan urusan perempuan”.

Tentu, sebagai bagian dari peradaban yang lekat dengan norma dan dogma, kita melihat masyarakat Wildlings sebagai “sampah peradaban”. Namun, Game Of Thrones memang dikemas dalam bentuk satir terhadap peradaban yang ada. Berkebalikan dengan Wildlings, masyarakat Westeros adalah “kotoran bersepuh emas”. Inces pun terjadi tapi ditutup-tutupi. Perkara incest, kita harus melihat kondisi Craster, dimana dia membutuhkan anak laki-laki untuk dipersembahkan pada monster di sekitarnya, Night Walker. Kebalikannya, Cersei dan Jamie Lannister melakukan inces namun ditutup-tutupi atas nama moral. Kembali ke Westeros, pernikahan dipaksakan atas nama kekuasaan dilegalkan. Perbudakan adalah hal umum, terutama di wilayah seberang Westeros dimana pasukan budak adalah kekuatan mereka. Perebutan lahan dan pajak atas nama kerajaan juga hal yang umum.

Sebenarnya, cukup banyak fans Game Of Thrones yang mengkaji kecenderungan anarkis dalam masyarakat Wildlings. Dan saya juga tertarik menemukan cocoklogi di dalamnya. Jika kita lihat gaya sang penulis yang menggunakan peradaban asli sebagai inspirasi, maka saya setuju jika masyarakat Wildlings adalah masyarakat anarkis. Dimana inspirasi dari Wildlings adalah masyarakat Eskimo yang dipadukan dengan karakter perampas Viking. Dan keduanya memang memiliki karakter anarkis. Pada Wildlings sendiri, perampasan dilakukan atas dasar kebutuhan. Wilayah Wildlings yang selalu tertutup es menyebabkan mereka tidak bisa bertani. Cara mereka bertahan hidup adalah dengan melakukan perampasan dari wilayah lain yang subur. Wildlings tidak dapat bertani di wilayah itu karena akan disergap oleh Night Watch ataupun tentara kerajaan karena dipandang sebagai penduduk asing. Tentu kondisi ini mengingatkan kita pada quote dari Emma Goldman “Mintalah pekerjaan. Jika tidak diberikan, mintalah roti. Jika kamu tidak diberi roti, rebutlah roti itu!” Dalam kondisi Wildlings, memang cara terbaik bagi mereka adalah merampas. Dalam masyarakat, kita bisa melihat praktik demokrasi langsung. Dimana Wildlings tidak mengikuti satupun raja, bahkan yang digelari King Beyond The Wall. Setiap anggota masyarakat berhak ikut dalam pengambilan keputusan. Bisa kita lihat dalam arc Wildlings menyerang The Wall, Mance Rayder bukanlah seorang raja diantara mereka. Sistem perwakilan dalam demokrasi langsung dapat kita lihat dalam setiap pengambilan keputusan. Wildlings tidak mengikuti koordinasi Rayder karena alasan hierarkis dan otoritarian. Semata-mata karena mereka membutuhkan koordinasi dalam menyerang The Walls. Posisi Rayder yang digelari King juga sebagai bentuk “tantangan” para Wildlings dalam memandang sistem kerajaaan di Westeros. Kita bisa melihat keserupaan ini dalam tentara Zapatista dan Rojava. Dalam pertempuran, koordinasi dibutuhkan baik vertikal namun horizontal. Namun, berbeda dengan sistem militer konservatif, tidak ada hak istimewa bagi koordinator yang ditunjuk. Baik koordinator antar kelompok sampai antar perwakilan. Setiap individu yang ikut berperang juga ikut dalam setiap aksi, dan tidak bersembunyi didalam bunker yang hangat. Bagaimana Wildlings menempatkan perempuan juga patut kita cermati. Perempuan Wildlings bukanlah makhluk kelas 2. Mereka juga berhak ambil bagian dalam setiap kegiatan. Baik berburu, merampas, sampai berperang. Perempuan Wildlings tidak dipojokkan dalam tenda, tapi sejajar seperti laki-laki. Perkara pernikahan yang terlihat “memaksa” mungkin bisa kita maklumi dengan melihat kondisi demografis dan geografis disana. Toh, perempuan disana juga punya hak melawan, dan hak untuk bercinta dengan yang dia inginkan. Yang terakhir, masyarakat Wildlings tidak memiliki kasta dalam mengatur kehidupannya. Mereka juga tidak memiliki kepemilikan properti. Kepemilikan yang ada ada hanyalah kepemilikan personal yang digunakan sebagai alat bertahan hidup. Melihat karakter masyarakat Wildlings, mungkin kita bisa menyamakan dengan Libertatia, koloni bebas yang dibangun oleh para bajak laut pada abad ke 17. Masyarakat Libertatia bisa dianggap sebagai bentuk masyarakat anarkis mula-mula

Jika kita percaya bahwa Wildlings adalah bentuk masyarakat yang terjadi dalam masyarakat anarkis, itu salah besar. Kita harus melihat kondisi lingkungan hidup mereka. Bagaimana keterbatasan dan kerasnya lingkungan membentuk masyarakat yang terkesan barbar. Namun, dibalik barbarnya Wildlings (atau barbarnya menurut peradaban Westeros), kita bisa melihat bagaimana kehidupan dijalankan dengan sangat baik tanpa ada penindasan diantara mereka. Tentu dengan kondisi yang memang tidak bersahabat. Bagaimana menurut kawan-kawan. Apakah Wildlings merupakan masyarakat anarkis, atau bukan?

-camarhitam- dan Bintang le Bleu