Mengenal François Claudius Koenigstein “Ravachol”

Tidak banyak orang yang mengenal François Claudius Koenigstein. Karena memang ia jauh lebih populer dengan nama Ravachol. Seorang anarkis Prancis yang dilahirkan pada 14 Oktober 1859 di Saint-Chamond (Loire) dan dihukum mati di atas guillotined pada 11 Juli 1892 di Montbrison saat ia masih berumur 32 tahun.

Koenigstein atau Ravachol dilahirkan dari seorang ayah Belanda dan seorang ibu Prancis. Ayahnya yang bernama Jean Adam Koenigstein meninggalkan Ravachol dan ibunya yang bernama Marie pada waktu ia masih berumur 8 tahun. Kepergian itu membuat ia menanggalkan nama belakang warisan ayahnya dan mulai menggunakan nama Ravachol yang merupakan nama belakang ibunya. Saat itu juga menjadi momen di mana kehidupan Ravachol menjadi keras. Ia sudah harus memikul tanggung jawab untuk mendukung ibunya dan kedua saudara perempuan dan laki-lakinya. Seorang sepupu lain menjadi tanggung jawab Ravachol.

Beban yang begitu berat membuat Ravachol mesti bekerja sebagai asisten tukang celup. Sebuah pekerjaan yang tidak begitu lama ditekuninya karena pada akhirnya ia dipecat. Hidup sangat miskin membuat Ravachol juga sesekali mesti mengamen akordion pada setiap hari minggu di aula Saint-Étienne.

Tak ada sumber jelas yang kemudian dapat menjelaskan bagaimana awal mula persinggungan Ravachol dengan ide-ide anarkis. Terutama pada pilihannya untuk mengusung taktik insureksi dengan melancarkan kampanye perang yang berbahaya pada masa itu.

Ia dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab penuh atas meledaknya tiga buah dinamit yang diyakini ditujukan kepada para anggota perwakilan pengadilan.

Pada tanggal 1 Mei 1891, terjadi aksi demonstrasi besar-besaran dari para pekerja di Fourmies yang kemudian berakhir dengan kerusuhan dan bentrokan dengan polisi. Terdapat 9 orang peserta demonstrasi yang meninggal karena ditembaki oleh polisi. Beberapa diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Di hari yang bersamaan di Clichy, sebuah insiden serius meletus. Insiden yang melibatkan para anarkis yang berakhir dengan penangkapan tiga orang anarkis. Ketiganya diinterogasi di kantor polisi dengan brutal. Disertai dengan pukulan bertubi-tubi yang menyebabkan cedera serius. Proses pengadilannya yang kemudian populer dengan nama Clichy Affair, menyebabkan dua diantaranya mesti berhadapan dengan tuntutan penjara dengan dikenakan tuduhan yang tidak masuk akal.

Peristiwa ini merupakan kelanjutan serangan terhadap semua komunards. Para pendukung Komune Paris 1871 ini terus menerus diteror dan menghadapi serangan bertubi-tubi. Hal ini dianggap salah satu yang memicu Ravachol untuk mulai melancarkan aksi kampanyenya dengan menyebut diri sebagai teroris.

Aksinya dimulai dengan meletakkan bom di kediaman jaksa penuntut umum. Bom yang lain ditargetkan kepada Bulot. Orang yang menduduki posisi sebagai eksekutif dari Kementrian Publik saat itu. Ia juga meletakkan bom di kediaman anggota dewan Benoit yang memimpin persidangan Assises dalam kasus Clichy Affair.

Ia tertangkap setelah seorang pelayan restoran bernama Lhérot membocorkan informasi keberadaan Ravachol kepada polisi. Sebagai balasan, sehari sebelum persidangan Ravachol, restoran tersebut diledakkan seseorang sebagai solidaritas terhadap Ravachol.

Tertangkap pada 30 Maret 1892, untuk aksi pengeboman di restoran Véry, pengadilannya dilaksanakan pada tanggal 26 April di tahun yang sama di pengadilan Seine. Hasil keputusannya adalah penjara seumur hidup bagi Ravachol. Pada tanggal 23 Juni, dilakukan pengadilan kedua di pengadilan Loire yang kemudian melahirkan keputusan yang baru. Ravachol dihukum pancung di atas guillotin. Ia dituduh bertanggung jawab atas tiga kasus pembunuhan. Keterlibatan Ravachol atas dua pembunuhan sangat diragukan oleh banyak pihak. Sementara kasus pembunuhan yang lain, yakni terhadap Montbrison, diakui oleh Ravachol. Montbrison dituduh oleh Ravachol sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas kemiskinan yang dijalaninya.

Pada 11 Juli 1892, Ravachol dihukum pancung. Namun kemudian, ia menjadi inspirasi perjuangan bagi banyak orang sesudahnya. Seorang anarkis insureksionis lain bernama Auguste Vaillant membom markas besar Deputi Prancis sebagai aksi balas dendam atas kematian Ravachol. Lelaki pemberani ini juga menjadi sumber inspirasi orang-orang seperti Julles Bonnot. Beberapa yang lain mendedikasikan lagu untuk mengenang perjuangan yang dilakukan Ravachol semasa hidup.